[Berani Cerita #01] Lelaki Keparat

, by Mimin Berani Cerita

oleh : Mimin Orin

Aku didorong masuk dengan kasar. Kepalaku langsung membentur tembok, detik berikutnya tubuhku pun ditendang keras, untuk kemudian menyusul menyapa dinding dingin yang sepertinya berlumut. Kedua tanganku yang terikat tambang di belakang hanya bisa mengepal tak berdaya. Kugigit bibir bawahku agar tidak berteriak, rasa sakit yang mendera sekujur tubuhku belum bisa mengalahkan egoku, aku enggan disebut lemah.


“Sudah bisa dibuka, Pak, karungnya?” Sebuah suara terdengar. Aku berharap siapapun yang dia panggil ‘Pak’ meng-iya-kan tanyanya. Biar aku tahu siapa bajingan yang telah menistakanku seperti ini.

“Tidak usah.” Sebuah suara berat menjawab pendek. Keparat! Itu artinya si pengecut ini betul-betul tak punya nyali. Dan aku masih harus menahan diri dalam kegelapan karung goni berbau apek ini. Kalau saja mulutku tak disumpal, sudah aku rapalkan berbagai mantra caci maki untuk manusia-manusia berhati binatang seperti mereka dari tadi.

“Selanjutnya bagaimana, Ndan?” suara lain yang berbeda kini terdengar. Hei, sebetulnya ada berapa orang mereka? Kedua kakiku yang juga terikat erat membuatku terpaksa berbaring bergelung di lantai berdebu. Samar aku bisa mencerna cericit tikus berlarian dan laba-laba yang tergegas kabur melewati lenganku.

“Kamu yakin rumah ini tak berpenghuni?” Suara berat itu lagi. Asumsiku dialah si pimpinan yang dipanggil ‘Pak’ dan ‘Ndan’. Aku merasa mengenal suara berat itu, siapa dan di mana aku pernah mendengarnya? Otakku sulit bekerja dalam kondisi seperti ini. Berikutnya beberapa suara –dugaanku mereka semua berlima- berebut meyakinkan si penanya, bahwa kami kini tengah berada di rumah tua yang telah lama kosong.

“Heh Danu, kamu tinggal mengangguk kalau setuju,” Si suara berat kini bertanya padaku, rupanya dia sudah mengenalku. Dan seharusnya aku pun mengenal lelaki pengecut ini, “Hentikan demo dan dukung Pak Jati tetap menjabat, maka nyawamu akan aku ampuni.” Blah!

Hidupku adalah milik Tuhan, dan kalaupun aku mati, akan selalu ada yang menggantikan posisiku menggerakkan massa berdemo menuntut pemerintahan yang bersih. Tapi kini aku tahu siapa si pengecut keparat bersuara berat ini, seorang lelaki yang telah lama aku benci hingga ke tulang sumsum sejak aku kecil dulu. Maka aku tetap mengangkat kepalaku, tak sudi menyatakan setuju. Pejabat korup seperti Jati tak perlu dukungan rakyat.

“Kalian semua keluar,” si lelaki bersuara berat kembali bertitah setelah detik demi detik berlarian. Aku bisa mendengar suara-suara kaki menjauh yang diakhiri decitan pintu sebagai penutup. Hening yang seolah abadi menyergap. Aku mencoba duduk bersandar tembok di belakangku. Jika lelaki ini punya nyali, aku dengan senang hati berduel dengannya sampai mati.

“Apa jawabanmu?” lelaki itu kembali menyalak. Rupanya dia terlalu pengecut, bahkan untuk sekedar membuka sumpalan mulutku atau mengambil karung yang menutupi kepalaku, tak berani dia lakukan. Aku mendongakkan kepala lebih tinggi sebagai jawabannyanya.

Detik berikutnya sebuah desisan menyapa telinga, lantas dadaku sepanas neraka, lalu darahku bergolak hendak meledak, kemudian tenagaku seperti hilang mengasap. Seketika aku sudah berada di ruangan putih tak bertepi, aku tahu sebentar lagi aku bertemu Tuhan. Sayup, suara berat itu berkata “Sampaikan salamku untuk ibumu di sana...”. Dasar lelaki keparat!

Note: 474 kata

10 comments:

  1. baguuss ceritanya... orang-orang kotor seperti itu akan selalu berbuat apapun demi kekuasaan dan itu nyata.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih apresiasinya Ayu^^
      Mimin jg terinspirasi setelah melihat berita bentrokan pendemo dan aparat he he

      Delete
  2. ikut emosiiii bacanya...# idenya hebat nih ,mbk Mimin :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. waahhh...jadi ikutan emosi ya lieshadie :D
      terima kasih ya apresiasinya^^

      Delete
  3. Keren ceritanya.... Jadi si "pajabat" benar2 tak berani face to face dg orang yang dianggapnya bisa mengganggu kedudukannya ya? hehehe

    BTW aku tadi coba submit link ceritaku tapi kok gak masuk ya mbak?

    ReplyDelete
  4. teh Orin kwereeen!!!
    aku tegang banget bacanya.. pas baca lirik jam, ternyata dah jam 3:54 dini hari! terbawa suasana..
    ini ceritanya gak bersambung kan teh? si Danu mati ya akhirnya?

    ReplyDelete

Komenmu sangat dihargai disini ^_^