[BeraniCerita #01] Rena

, by Mimin Berani Cerita

oleh : Mimin Mayya

Angin dingin menerpa, menjilat dan membelai wajah Rena yang tertutup sebagian rambutnya. Entah berapa lama ia berjalan, tampaklah rumah tersebut, kokoh namun telah pudar dimakan waktu. Sebelumnya, setiap pulang sekolah, ia selalu berputar untuk dapat melewati rumah ini, memastikan tidak ada yang meninggali. Terletak di dekat pinggiran hutan dan hanya dapat dicapai melalui sebuah jalan setapak yang panjang dan berliku. Rena memandanginya lekat-lekat sambil menggigit bibir, dadanya bergemuruh kencang.



 
Udara semakin menggigit, Rena tak tahan berlama-lama di luar dan mendekati salah satu jendela. Ia mengambil batu dan melemparkannya ke jendela. Ia bahkan tak menggubris luka di pipinya akibat tergores sekeping pecahan kaca.
Dengan hati-hati ia mengutak-atik kunci dan berhasil! Rena membuka jendela dan menyelinap masuk sepelan bisikan.

Ruangan itu pengap dan berdebu. Bau tua demikian pekat menusuk hidung. Rena terbatuk-batuk dan mengibaskan tangan, menyingkirkan sarang laba-laba yang menghalangi jalannya.

Ia menemukan sebuah kamar kosong di lantai dua, lengkap dengan tempat tidur yang entah berapa puluh tahun usianya. Tanpa mempedulikan ia dimana, Rena membaringkan diri. Tempat tidur berderit berisik. Namun, entah kenapa perasaan nyaman menelusup, sakit di badannya tak lagi terasa. Tak lama ia jatuh tertidur.

***

Dini hari, terdengar suara ribut-ribut di luar. Rena terbangun dan mengintip ke bawah jendela. Raungan memenuhi udara dan cahaya lampu mobil polisi berputar-putar berwarna-warni di kejauhan. Orang-orang mengenakan piyama keluar dari rumah mencari tahu apa yang telah terjadi. Namun Rena tahu.

Ia mengeluarkan pisau dapur dari dalam ranselnya. Pisau berlumuran darah.
***

Rena meringkuk di sudut kamar, berpeluh dan ketakutan. Rambutnya yang kecoklatan tampak kusut menutupi wajahnya dan menutupi bibirnya yang pecah. "Dasar anak tidak tahu diri! Ini balasannya setelah dikasih makan dan diberi tempat tinggal! Harusnya dulu kamu tidak pernah aku lahirkan!" Suara ikat pinggang berdesing di telinga Rena dan kepala ikat pinggang menyapa kulitnya dengan kasar. Rena mengerang dan menjerit panjang. Tangannya terangkat, mencoba mengelakkan diri dari pukulan itu. "Tolong...!Ampuuun!!" Rena berharap ada yang mendengar dan menolongnya. Menghentikan penderitaannya. Namun, tak seorang pun dapat menghentikannya. Pukulan itu datang terus tanpa ampun, diselingi sumpah serapah dan makian yang tak sepatutnya diucapkan untuk gadis berusia 13 tahun.

Rena mencoba melarikan diri darinya, sekalipun ia tahu melarikan diri bukanlah pilihan.

Dan disaat itulah, ia melihat sebuah kilatan. Kilatan dari sebuah pisau dapur.

Note: 365 kata

6 comments:

  1. Di luar endingnya gimana.
    Aku suka dengan gaya berceritanya.
    Aura kengerian dari rumah itu, ketidak beresan di psikologis Rena, dibangun dengan apik.
    Kompor gas! thumbup! :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Endingnya selamat mereka-reka, Ihya!
      Terimakasih banyak! *hidung mimin kembang-kempis*

      Delete
  2. uwooow, udah ngira kalau rena abis melakukan sesuatu, yang gak nyangka tuh penderitaannya sebelum itu. :) thumbup!

    ReplyDelete

Komenmu sangat dihargai disini ^_^