Berani Cerita #03 : Di Dalam Ruang Ganti (Eps. 02)

, by Mimin Berani Cerita

credit
 by : Mimin Miss Rochma




cerita sebelumnya disini ^_^


____


Kudapati wanita yang aku yakin dia mencoba untuk selalu tegar, di dalam sebuah kamar VIP, di salah satu rumah sakit swasta terkenal di kota yang tak pernah mati ini. Jakarta. Dia sedang diinfus, dan tubuhnya terlihat sangat lemah. Saat aku masuk, kulihat sekilas senyum di wajahnya, namun cepat hilang senyumnya. Kuedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Ternyata dia ditunggu oleh seorang wanita muda yang sedang menulis di sebuah map besar. Sepertinya wanita ini adalah sekretarisnya.

"Maaf mengganggu istirahat anda, Bu Silvia." Ucapku saat wanita itu sudah tidak lagi memperlihatkan senyumnya. Kudekati dia pelan-pelan sampai jarak kami kira-kira satu meter. Wanita yang kuduga sekretarisnya, yang akhirnya aku tahu kalau namanya adalah Widya, memberikan sebuah kursi dan mempersilahkan aku duduk.

"Bagaimana hasilnya?" Tanya bu Silvia dengan suara bergetar. Parau.

Aku mengeluarkan sebuah tape recorder dan tablet dari dalam tasku. Kunyalakan video yang gambarnya aku ambil diam-diam dari dalam salah satu bilik ruang ganti di sebuah mall kemarin siang. Bu Silvia memperhatikan dengan serius dan diakhiri dengan sebuah senyum saat video itu selesai berputar. Begitu pula saat dia mendengar rekaman suara dari tape recorder yang aku nyalakan setelah dia menyelesaikan video itu. Agak lama, bu Silvia terdiam. Kemudian dia menoleh pada sekretarisnya dan mengangguk. Sekretarisnya itu kemudian meninggalkan kami untuk mengambil sesuatu.

Aku sedikit cemas, karena selama ini aku tidak pernah mendapatkan klien seorang yang lemah. Ada sedikit rasa simpati yang harusnya tidak boleh ada dalam pekerjaanku. Ah, sejak dulu aku selalu lemah jika melihat wanita lemah. Tak lama berselang, ditengah kecemasanku, Widya menyodoriku sebuah amplop. Kuterima. Kubuka isinya, kuhitung, pas jumlahnya. Kusampaikan terima kasih.

Saat akan beranjak, bu Silvia memanggilku. Aku terhenti, kembali menoleh padanya.

"Pak Satria, tolong bantu saya sekali lagi."

Aku kembali duduk di kursi yang posisinya masih tetap disamping tempat tidur bu Silvia. Kukeluarkan buku catatan dan bolpoinku tanpa berbicara. Yang aku pahami adalah aku memiliki tugas baru, yang pastinya memiliki nominal berbeda dari tugas sebelumnya.

"Saya rasa video dan rekaman tadi masih kurang kuat mendukung dugaan saya. Saya ingin pak Satria mencari bukti yang lebih fleksibel. Mata-matai suami saya saat dia di depan umum. Saat dia berani menggandeng dan mencumbu wanita lain."

Bu Silvia menarik nafas dalam, kemudian melanjutkan kalimatnya. "Dua atau tiga video lagi. Aku rasa itu sudah cukup."

Bu Silvia kembali mengambil nafas dalam. Kali ini, suaranya lebih bergetar daripada sebelumnya. "Berikan kepada saya maksimal sehari sebelum tanggal 22."

Aku masih terdiam dan terus mencatat apa yang disampaikan bu Silvia barusan. Kulirik, Widya juga melakukan apa yang aku lakukan. Mencatat, tapi entah mencatat apa. Setelah kurasa dia selesai memberi tugas baru, kuletakkan kembali buku catatan dan bolpoinku ke dalam tas. Widya menyodorkan segelas air mineral. Kuterima dan langsung kuteguk. Saat kuletakkan minuman itu di atas pangkuanku, kulihat mata bu Silvia menerawang jauh. Seolah tanpa batas, membuka memori masa lalu pelan-pelan.

"Suamiku adalah orang yang pandai. Karena itu dia mendapatkan warisan dari almarhum mertuaku untuk mengurus beberapa badan amal atas nama perusahaan keluarga kami. Yang nilainya ratusan milyar. Namun, dalam warisan itu dikatakan pula, bahwa suamiku akan kehilangan hak warisnya jika perilakunya tak selaras dengan tugasnya."

Kudengarkan saja bu Silvia bercerita. Ya, ini adalah salah satu alasan kenapa aku memilih menjadi mata-mata. Hikmah dalam cerita para klienku.

"Tapi dalam perjalanan pernikahan kami, ternyata tanpa kami duga, aku terserang kanker rahim. Yang membuatku harus rela bolak-balik masuk rumah sakit. Terakhir kali, dua tahun yang lalu, rahimku akhirnya diangkat. Sejak itu, hubungan kami tidak lagi harmonis, dan aku tahu, suamiku berselingkuh."

Masih kudengarkan bu Silvia berbicara. Dia mulai mengganti kata 'saya' dengan 'aku' sebagai tanda bahwa dia mulai membuka diri padaku.

"Aku hanya ingin melindungi suamiku. Itu saja. Aku ingin dia tahu, bahwa menjaga amanat itu sulit. Bukan, bukan aku ingin menjatuhkan dia. Tapi aku ingin menghentikan perilakunya sebelum para wanita-wanita liar itu menghabiskan dana amal yang diwariskan padanya."

Kali ini bu Silvia terisak, pelan sekali. Tak mampu lagi berbicara, akhirnya Widya yang melanjutkan kalimat bu Silvia yang tidak selesai tadi.

"Tanggal 23, bu Silvia akan dijadwalkan terbang ke Singapura untuk pemeriksaan lebih intens lagi. Kanker rahim yang kami kira sudah bersih dari tubuhnya, ternyata masih meninggalkan sisa."

Aku tetap masih terdiam. Kali ini kupandangi wajah Widya, berpaling sejenak dari bu Silvia yang tak juga berhenti terisak.

"Kalau anda berhasil menyerahkan video itu sebelum tanggal 22, sebelum pertemuan dewan pimpinan perusahaan, maka kami akan memberi anda dua kali lipat dari yang anda terima sekarang."

Aku mengangguk tanda mengerti. Kutatap kembali bu Silvia tanpa suara. Banyak pertanyaan sebenarnya yang bergumul dipikiranku saat ini tentang usahanya menyelamatkan martabat suaminya. Tapi kutahan. Tidak etis. Tidak pada tempatnya aku berbicara. Biarlah mereka sendiri yang mencari jalan keluar atas masalahnya. Dan bukan hakku untuk mencampuri, meskipun di dalamnya aku terlibat.

____

To be Continued

14 comments:

  1. seruuu bangett :) ikut penasaran

    ReplyDelete
  2. apakah suaminya itu bakal menikahi selingkuhannya, karena Ibu Silvia merestuinya ?? klo iya itulah endingnya :D *iseng-iseng nebak :D* hehehe..

    ReplyDelete
  3. Kapan lanjutannya beredar min? Udah g sabarrrr niiih...

    ReplyDelete
  4. sblm tgl 22 ya pak satria, tgl 21 dah ganti tema lho :D
    Seru jg nih crita dibuat bersambung sma mimin2nya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha! Bisa aja nih Jiah :)
      Mudah-mudahan lanjut terus nih...

      Delete
  5. lho, kalau brsambung terus, ga jadi FF lagi dong min?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Khusus untuk mimin dibuat cerfet, Lung. Jadi memang bukan FF :)

      Delete
  6. Walah... belum selesai juga? Masih to be continued...
    Jadi penasaran lagiiii...

    ReplyDelete

Komenmu sangat dihargai disini ^_^